Oleh : Marwan Aziz*
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia militer.
Berdasarkan berbagai laporan media internasional seperti AP, Time, The Guardian hingga VOA, baik Israel maupun Amerika Serikat telah mengintegrasikan AI dalam operasi militer mereka di Gaza, Palestina.
Teknologi ini digunakan untuk menganalisis data intelijen, mengidentifikasi target, hingga meningkatkan efektivitas operasi militer.
Namun, penggunaannya juga memicu perdebatan etis dan hukum mengenai dampaknya terhadap korban sipil dan akurasi dalam pengambilan keputusan.
Aplikasi AI yang Digunakan oleh Militer Israel
1. Gospel (“Habsora”)
Sistem AI ini dirancang untuk menganalisis data intelijen dalam jumlah besar, seperti rekaman drone, komunikasi yang disadap, dan data pengawasan lainnya. Gospel membantu militer Israel mengidentifikasi target potensial dengan cepat, termasuk individu, lokasi, dan infrastruktur yang dicurigai terkait dengan aktivitas militan. (Sumber: APNEWS.COM)
2. Lavender
Lavender berfokus pada identifikasi individu yang dianggap sebagai ancaman. Sistem ini memproses data dari berbagai sumber untuk menghasilkan daftar orang yang menjadi target. Meskipun AI memiliki peran utama, daftar ini tetap harus diverifikasi oleh analis manusia sebelum tindakan lebih lanjut dilakukan. (Sumber: TIME.COM)
3. Project Nimbus
Merupakan kolaborasi antara Google, Amazon, dan pemerintah Israel dalam menyediakan layanan komputasi awan yang mendukung operasi militer Israel. Meskipun tujuan awalnya adalah peningkatan infrastruktur digital, layanan ini juga digunakan untuk analisis data dan pengawasan dalam konteks militer. (Sumber: VOAINDONESIA.COM)
Aplikasi AI yang Digunakan oleh Militer Amerika Serikat
Project Maven
Diluncurkan pada tahun 2017, Project Maven bertujuan untuk meningkatkan kemampuan analisis video dan gambar yang diambil oleh drone melalui teknologi pembelajaran mesin. Sistem ini membantu dalam mengidentifikasi objek dan pola yang relevan dalam operasi militer, seperti di Irak dan Suriah. (Sumber: EN.WIKIPEDIA.ORG)
Dampak dan Kontroversi
Penggunaan AI dalam operasi militer telah menimbulkan berbagai perdebatan. Di satu sisi, AI dapat meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam pengolahan data intelijen, yang memungkinkan respons militer yang lebih cepat dan tepat sasaran.
Namun, di sisi lain, penggunaan AI dalam identifikasi target militer menimbulkan kekhawatiran besar, terutama mengenai potensi korban sipil yang meningkat akibat kesalahan dalam sistem AI.
Selain itu, aspek etis juga menjadi perhatian utama. Apakah keputusan hidup dan mati dapat diserahkan kepada algoritma? Sejauh mana AI dapat menggantikan peran manusia dalam pengambilan keputusan militer? Hal ini menjadi tantangan besar dalam penerapan teknologi AI di medan perang.
Kesimpulan
Kecerdasan buatan telah menjadi bagian integral dalam strategi militer modern, terutama dalam konflik di Gaza. Israel dan Amerika Serikat telah memanfaatkan berbagai sistem AI untuk meningkatkan efektivitas operasi militer mereka.
Namun, meskipun AI menawarkan banyak keuntungan, keterlibatan manusia tetap diperlukan untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan hukum internasional dan mempertimbangkan dampak kemanusiaan.
Perkembangan teknologi AI di bidang militer akan terus menjadi topik yang kontroversial. Oleh karena itu, regulasi dan transparansi dalam penggunaannya menjadi hal yang sangat penting agar teknologi ini dapat digunakan dengan lebih etis dan bertanggung jawab.***
*Penulis adalah Founder Terkini.com