Seorang warga Gaza melintasi reruntahan bangun yang akibat invasi Israel di Gaza, Palestina. Foto : Reuters.
JAKARTA, TERKINI.COM – Investigasi terbaru yang dilakukan oleh Associated Press (AP) mengungkap penggunaan kecerdasan buatan (AI) secara masif oleh militer Israel dalam konflik yang sedang berlangsung.
Teknologi dari Microsoft dan OpenAI disebut-sebut memainkan peran penting dalam meningkatkan efektivitas serangan militer Israel sejak perang meletus pada 7 Oktober lalu.
Menurut laporan terbaru AP, penggunaan AI oleh militer Israel melonjak drastis hingga 200 kali lipat pada Maret lalu dibandingkan periode sebelumnya.
Jumlah data yang disimpan di server Microsoft pun meningkat dua kali lipat hingga Juli 2024, mencapai lebih dari 13,6 petabyte—setara dengan 350 kali kapasitas memori digital yang diperlukan untuk menyimpan seluruh koleksi buku di Perpustakaan Kongres AS.
Tak hanya itu, pemanfaatan server raksasa milik Microsoft oleh militer Israel juga naik hampir dua pertiga dalam dua bulan pertama perang. Data ini menunjukkan bahwa AI kini bukan sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi komponen utama dalam strategi perang modern.
AI: Senjata Baru Militer Israel?
Pasca serangan 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan lebih dari 250 orang disandera, Israel menegaskan misinya untuk menghancurkan Hamas. Militer Israel menyebut AI sebagai “game changer” yang memungkinkan mereka mengidentifikasi target dengan lebih cepat dan efektif.
Namun, dampaknya sangat besar. Sejak perang dimulai, lebih dari 50.000 orang dilaporkan tewas di Gaza dan Lebanon, sementara hampir 70% bangunan di Gaza hancur, menurut laporan dari kementerian kesehatan setempat.
AP dalam investigasinya mewawancarai enam anggota militer Israel—termasuk tiga perwira intelijen cadangan—yang sebagian besar berbicara secara anonim karena alasan keamanan. Selain itu, 14 karyawan dari Microsoft, OpenAI, Google, dan Amazon juga turut diwawancarai. Para jurnalis AP bahkan memperoleh dokumen internal yang mengungkap kontrak senilai $133 juta antara Microsoft dan Kementerian Pertahanan Israel.
Microsoft dan Israel: Aliansi yang Kontroversial
Militer Israel mengklaim bahwa AI hanya digunakan untuk membantu analis mengidentifikasi target, yang kemudian diperiksa ulang oleh perwira tinggi guna memastikan kepatuhan terhadap hukum internasional. Menurut seorang pejabat senior intelijen Israel, target sah mencakup kombatan yang melawan Israel di mana pun mereka berada, serta bangunan yang digunakan oleh kelompok militan.
“Kami selalu memastikan ada beberapa lapisan manusia dalam setiap keputusan, bahkan saat AI berperan dalam proses ini,” ujar pejabat tersebut.
Namun, AP menemukan bahwa Microsoft menolak memberikan komentar atas laporan ini, bahkan tidak menjawab daftar pertanyaan tertulis terkait layanan cloud dan AI yang mereka berikan kepada militer Israel. Di situs webnya, Microsoft hanya menyatakan bahwa mereka berkomitmen untuk “mempromosikan peran positif teknologi di seluruh dunia.”
Dalam laporan Transparansi AI Bertanggung Jawab 2024 yang dirilis Microsoft, perusahaan ini berjanji untuk mengelola risiko AI guna mengurangi dampak negatif. Namun, laporan tersebut sama sekali tidak menyebutkan kontrak bernilai besar dengan pihak militer, yang kini menjadi sorotan dunia.
Masa Depan AI dalam Peperangan
Temuan AP ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah AI akan semakin mempercepat dan memperumit peperangan di masa depan? Dengan keterlibatan perusahaan teknologi raksasa dalam sektor militer, banyak pihak khawatir bahwa batas antara inovasi dan kehancuran semakin kabur.
Seiring berkembangnya teknologi, dunia kini dihadapkan pada dilema etis yang besar—apakah AI akan menjadi alat untuk perdamaian atau justru senjata pemusnah massal? (AP/TC).