Dianggap Pro Israel, Masyarakat Dunia Boikot Starbucks

Bisnis News Politik Terkini

Starbucks, salah satu rantai kopi terbesar di dunia asal Amerika Serikat, telah menjadi subjek kontroversi dan sering kali menjadi target boikot oleh sebagian masyarakat di seluruh dunia, terutama terkait isu Palestina dan Israel.

Ada beberapa alasan yang mendasari boikot tersebut, yang berkisar dari masalah lingkungan hingga isu sosial dan politik termasuk  masalah Palestina dimana Starbuck dianggap Pro Israel.  Dalam artikel ini, kita akan membahas beberapa alasan utama mengapa masyarakat dunia memilih untuk memboikot produk Starbucks.

1.Pro Israel

Starbucks adalah salah satu merek yang paling kena dampak dari kampanye boikot produk pro Israel. Waralaba asal Amerika Serikat (AS) itu kian merana setelah diserang aksi boikot. Banyak orang di penjuru dunia yang menyerukan kampanye boikot merek atau produk yang pro Israel atau terafiliasi dengan Israel. Salah satu merk yang termasuk dalam daftar boikot adalah Starbucks.

Dalam laporan Reuters disebutkan bahwa Starbucks menuntut serikat pekerjanya yang mewakili ribuan baristanya di 360 gerai di Amerika Serikat, seusai mengunggah pernyataan yang dinilai pro terhadap kekerasan yang dilakukan Hamas.

Di sisi lain, perusahaan juga menyatakan dengan tegas mengutuk tindakan terorisme, kebencian dan kekerasan. Mereka juga menyatakan tidak setuju dengan pandangan yang diungkapkan oleh serikat pekerja. Belakangan, Starbucks dianggap terafiliasi Israel. Mereka ini menjadi sasaran kampanye boikot di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Dampaknya kian terasa. Raksasa waralaba itu kian merana. Nilai pasar Starbucks anjlok, bahkan berujung pada PHK karena penjualan terus menurun.

2. Isu Lingkungan

Salah satu alasan utama di balik boikot terhadap Starbucks adalah dampak lingkungan dari operasi bisnisnya. Starbucks telah dikritik karena konsumsi besar-besaran air, penggunaan kemasan sekali pakai yang berkontribusi pada pencemaran plastik, dan praktik pertanian kopi yang tidak berkelanjutan.

Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pertanian kopi mereka juga menjadi perhatian, terutama di negara-negara berkembang di mana Starbucks memperoleh sebagian besar biji kopi mereka.

2. Ketidaksetaraan Upah dan Kesejahteraan Pekerja

Meskipun Starbucks dikenal karena kebijakan kesejahteraan karyawan yang relatif baik di industri makanan cepat saji, beberapa organisasi buruh dan aktivis telah mengkritik perusahaan tersebut atas ketidaksetaraan upah dan kondisi kerja yang buruk di rantai pasokannya. Pekerja di perkebunan kopi sering kali menerima upah yang rendah dan bekerja dalam kondisi yang kurang aman.

3. Posisi Politik

Keterlibatan Starbucks dalam politik juga telah menimbulkan kontroversi. Misalnya, dukungannya terhadap kandidat atau kebijakan tertentu telah memicu reaksi dari kelompok-kelompok yang berseberangan secara politik.

Selain itu, beberapa orang merasa bahwa Starbucks tidak cukup aktif dalam mendukung isu-isu sosial yang dianggap penting oleh sebagian masyarakat, seperti hak LGBT atau gerakan anti-rasisme.

4. Penyebaran Budaya Kopi Global

Sebagian orang juga memandang Starbucks sebagai simbol dari homogenisasi budaya kopi global. Mereka percaya bahwa dominasi Starbucks dalam industri kopi telah menghilangkan keragaman budaya kopi di berbagai negara dan menggantinya dengan citarasa yang seragam, menyebabkan kehilangan warisan lokal dan keunikan.

5. Kebijakan Pajak dan Praktik Bisnis

Seperti banyak perusahaan multinasional lainnya, Starbucks telah dikritik karena praktik perpajakan yang dianggap tidak etis. Beberapa pemerintah dan kelompok aktivis telah menuduh Starbucks melakukan penghindaran pajak dengan memindahkan laba mereka ke yurisdiksi yang memiliki pajak lebih rendah.

Dalam rangka untuk menanggapi keprihatinan masyarakat dan memperbaiki citra mereka, Starbucks telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan keberlanjutan lingkungan, meningkatkan kondisi kerja di rantai pasokannya, dan berpartisipasi dalam inisiatif sosial. Namun, upaya ini mungkin belum cukup untuk memenuhi harapan beberapa pihak yang masih memilih untuk memboikot produk Starbucks.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *