Rupiah Melemah Dekati Level Krisis 1998, Fauzi Amro: Ini Tak Boleh Dianggap Remeh

Bisnis News Terkini

​JAKARTA, TERKINI.COM- Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) terus menunjukkan tren pelemahan yang mengkhawatirkan. Pada Kamis, 27 Maret 2025, Rupiah dibuka pada level Rp16.605 per USD, melanjutkan penurunan dari hari sebelumnya.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Fauzi Amro, menyatakan keprihatinannya terhadap situasi ini. Ia menekankan bahwa pelemahan Rupiah yang mendekati level krisis pandemi. “Bahkan krisis 1998 merupakan kondisi serius yang mempengaruhi berbagai aspek perekonomian, termasuk harga barang impor dan beban utang luar negeri,”kata Fauzi ketika merespon penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (27/03/2025). 

Fauzi mengungkapkan bahwa Komisi XI DPR RI akan menindaklanjuti perkembangan ini setelah masa reses berakhir. Meskipun saat ini belum ada jadwal pemanggilan Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) karena sekarang masa reses, alumnus HMI ini yakin bahwa kedua institusi tersebut sedang mencermati kondisi ini dengan seksama. Komisi XI berencana berkomunikasi dengan BI dan Kemenkeu untuk mendorong langkah konkret dalam memulihkan stabilitas Rupiah.

Bank Indonesia sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk menstabilkan Rupiah yang mendekati level terendah dalam 27 tahun terakhir.

Fitra Jusdiman, Direktur Manajemen Moneter dan Aset Sekuritas BI, menegaskan bahwa bank sentral terus memantau pasar dan siap mendukung Rupiah melalui intervensi jika diperlukan.

Mengenai kemungkinan revisi asumsi makro dalam APBN, termasuk nilai tukar Rupiah, Fauzi menyatakan bahwa hal tersebut akan dipertimbangkan jika pelemahan Rupiah berlanjut dan melewati ambang batas yang telah ditetapkan. Fauzi menekankan bahwa dampak pelemahan Rupiah sangat nyata bagi masyarakat, terutama terkait daya beli dan harga kebutuhan pokok.

Selain itu, Fauzi menyoroti pentingnya perlindungan sosial sebagai prioritas. Beliau menegaskan bahwa masyarakat tidak boleh menanggung beban sepenuhnya akibat pelemahan Rupiah dan mendorong alokasi anggaran yang lebih besar untuk jaring pengaman sosial jika diperlukan.

Fauzi juga mengingatkan bahwa pelemahan Rupiah tidak semata-mata disebabkan oleh faktor eksternal. Sentimen investor terhadap kondisi ekonomi domestik dan stabilitas politik juga berperan penting. Kepercayaan pasar adalah kunci, dan beliau mendorong pemerintah serta otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan kepastian kebijakan.

“Diharapkan, koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal dapat lebih optimal ke depan, sehingga Rupiah kembali stabil dan tidak terus tertekan,”tandasnya (Wan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *