Pemimpin rezim Suriah yang tumbang Bashar al-Assad (kiri) dan ayahnya Hafiz al-Assad (kanan).
SURIAH, TERKINI.COM– Rezim Baath yang memerintah Suriah selama lebih dari enam dekade akhirnya runtuh pada Minggu, 8 Desember, setelah ibu kota Damaskus jatuh ke tangan kelompok oposisi bersenjata.
Partai Baath Sosialis Arab, yang merebut kekuasaan melalui kudeta pada 1963, mengalami kejatuhan dramatis dalam beberapa pekan terakhir. Setelah bentrokan intensif sejak akhir November, pasukan anti-rezim berhasil menguasai berbagai wilayah strategis, termasuk Aleppo, Idlib, Hama, hingga akhirnya merebut pusat pemerintahan di Damaskus.
Keluarga Assad, yang mendominasi politik Suriah sejak 1970 melalui Hafiz al-Assad hingga dilanjutkan oleh putranya Bashar al-Assad pada 2000, kini kehilangan kendali sepenuhnya.
Puncak Krisis: Kejatuhan Damaskus
Gelombang perlawanan anti-rezim mencapai puncaknya saat kelompok bersenjata memasuki Damaskus pada Sabtu, 7 Desember. Pasukan rezim Assad mundur dari berbagai lembaga penting seperti Kementerian Pertahanan, bandara internasional, dan wilayah strategis lainnya.
Dikutip dari Anadolu Ajansı, pada Minggu pagi, kelompok oposisi telah mendominasi ibu kota, mengakhiri 61 tahun kekuasaan rezim yang dikenal dengan represi keras terhadap rakyatnya.
Pernyataan Perdana Menteri Rezim yang Tumbang
Mohammad Ghazi al-Jalali, perdana menteri di bawah pemerintahan Bashar al-Assad, mengeluarkan pernyataan mengejutkan melalui video di media sosial. Ia menyatakan kesiapannya bekerja dengan pemerintahan baru yang dipilih rakyat Suriah. Jalali juga meminta masyarakat menjaga ketertiban, menghindari perusakan properti publik, dan menyerukan perdamaian.
“Suriah adalah milik semua warga Suriah. Kami siap mendukung pemerintahan baru yang terpilih secara damai oleh rakyat,” tegas Jalali.
Peringatan Kelompok Hayat Tahrir al-Sham
Abu Mohammed al-Jolani, pemimpin kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mengingatkan masyarakat untuk menjauhi lembaga-lembaga publik di Damaskus. “Lembaga-lembaga ini tetap di bawah pengawasan sampai pemerintahan secara resmi diserahkan,” ujar al-Jolani, seraya melarang tindakan seperti menembak ke udara atau mendekati gedung pemerintahan.
Serangkaian Kemenangan Oposisi
Dalam waktu kurang dari dua minggu, pasukan anti-rezim mencatat kemenangan besar. Dimulai dari perebutan Aleppo dan Idlib pada 30 November, mereka terus maju ke wilayah strategis seperti Hama, Homs, hingga provinsi Suwayda di selatan Suriah.
Kelompok oposisi juga merebut provinsi Daraa di perbatasan Yordania dan Quneitra yang dekat dengan Dataran Tinggi Golan. Setelah serangkaian serangan cepat, mereka akhirnya berhasil mengepung dan menguasai Damaskus, simbol kekuatan rezim Assad.
Akhir Era Berdarah
Runtuhnya rezim Baath menandai akhir dari era berdarah yang dimulai dengan kudeta militer pada 1963. Selama lebih dari satu dekade terakhir, rezim Assad menghadapi pemberontakan rakyat yang berubah menjadi perang saudara, dengan korban tewas mencapai ratusan ribu jiwa dan jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
Kini, Suriah memasuki babak baru yang penuh tantangan, dengan harapan besar akan terciptanya perdamaian dan demokrasi yang telah lama diimpikan oleh rakyatnya (AA/TC)