Ratusan warga Palestina bermigrasi dari wilayah timur setelah Israel memperingatkan mereka melalui pamflet untuk mengevakuasi Rafah di Gaza pada 06 Mei 2024.
GAZA, TERKINI.COM – Koordinator PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, pada hari Selasa menyebut kondisi kehancuran dan penderitaan di Jalur Gaza sebagai “sangat menyayat hati.”
Dalam sebuah postingan di akun X-nya, Wennesland mengungkapkan bahwa dia mengunjungi Gaza dan “menyaksikan secara langsung dampak buruk dari konflik tersebut.”
“Pemandangan kehancuran dan penderitaan masyarakat sangat menyayat hati, dan jelas bahwa tindakan segera diperlukan untuk meringankan krisis kemanusiaan yang dihadapi Jalur Gaza,” tambahnya.
Wennesland juga mengatakan bahwa dia mengunjungi Rumah Sakit Al-Amal di kota Khan Younis di bagian selatan Gaza dan bertemu dengan pejabat setempat untuk membahas cara-cara memenuhi kebutuhan mendesak penduduk Palestina.
“Apa yang saya lihat di Gaza adalah pengingat akan korban jiwa akibat konflik,” kata Wennesland seperti dikutip Terkini.com dari Anadolu Agency (06/06/2024).
“Ada usulan serius yang diajukan – yang digariskan oleh Presiden (AS) Biden – dan saya mendesak semua pihak untuk segera mencapai kesepakatan guna mencapai gencatan senjata dan memulangkan para sandera. Tidak ada alternatif lain – dan penundaan apa pun, setiap hari hanya akan memakan lebih banyak nyawa,” ungkapnya.
Biden pada Jumat lalu mengatakan bahwa Israel mengajukan kesepakatan tiga fase yang akan mengakhiri perang di Gaza dan menjamin pembebasan sandera yang ditahan di wilayah pesisir tersebut. Rencana itu mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Senin bahwa dia “belum siap untuk menghentikan” perang di Gaza, dan mengklaim bahwa pernyataan Biden tentang proposal gencatan senjata “tidak akurat.”
Mitra koalisinya, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, mengancam akan menggulingkan pemerintah jika Netanyahu menyetujui rencana gencatan senjata Biden.
Israel melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Lebih dari 36.500 warga Palestina telah terbunuh di Gaza, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan hampir 83.000 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Hampir delapan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan. Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang dalam keputusan terbarunya memerintahkan Tel Aviv untuk segera menghentikan operasinya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan (AA/TC)